Dari mana gw harus mulai yah.. Well, I kinda lose my spirit
recently. Yeap, I lost it. Belakangan ini gw mencoba untuk lebih tenang dan
diam during office hours. I prefer not to do something extraordinary like
usual. Semata-mata dengan alasan: males nanti dikomentarin sama seseorang.
Semua perilaku gw dalam sekejap berubah beberapa hari ini. Gw yang tadinya
excited setiap pagi buat kerja bertemu dengan teman-teman kantor dan pengalaman
baru, jadi melempem kaya kerupuk alot.
Disappointment alias kekecewaan yang menyebabkan gw begini.
Before I go too far, let me make it straight first. I’m not trying to complain
for my life, not to be grateful for I have, or even disfigure somebody here. I
just wanna vocalize my thought. That’s all.
Here we go..
Kekecewaan ini muncul akibat beberapa sudden decisions di
kantor yang berhubungan dengan task gw. Kalo kata orang, “Ya elahh.. masalah di
kantor lo tuh klasik. Itu-itu aja..”
In fact. I agree with that statement. Emang kendala,
hambatan, masalah yang muncul itu-itu aja. Tapi, yang menjadi poin gw disini
adalah kenapa seakan-akan hubungan antara perusahaan dan karyawan itu ga
balance. Simplenya: “Berikan sebanyak-banyaknya pada perusahaan dan kami akan
berikan sedikit mungkin kepada karyawan.”
Is my point true?
Tentunya kalimat simple itu keluar bukan tanpa alasan dari
gw. Seperti yang tadi gw bilang di atas, sudden decisions itu yang membuat gw
drop. Mungkin gw bisa buat analogi sederhana disini..
Ketika suatu kapal mau
berlayar, ada sang nakhoda dan si awak kapalnya. Sebelum kapal itu berangkat,
sang nakhoda ini memberi arahan terlebih dahulu kepada si awak kapal kemana
tujuan dan bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut. Dengan mantapnya sang
nakhoda memberi arahan dan strategi agar selamat sampai tujuan. Tidak lupa
kobaran semangat pun diberikan agar si awak kapal semakin termotivasi menuju
titik target.
Apa tugas sang nakhoda?
Memberi perintah serta semangat.
Apa tugas si awak
kapal? Mendengarkan dan melaksanakan perintah tersebut.
Seiring waktu berjalan,
si awak kapal dengan giatnya bekerja agar berhasil menuju tujuan. Sang nakhoda
pun terus mengingatkan akan target yang harus dicapai. Ketika sekitar 50%
proses ini berjalan, si awak kapal memberi laporan kepada sang nakhoda tentang
perkembangannya. Dengan wajah berpikir sang nakhoda berkata,” Sepertinya target
kita terlalu luas. Mari persempit targetnya agar kita lebih fokus.”
Si awak kapal pun
segera mengubah arah tujuan. Ia mendengarkan dan melaksanakan perintah
tersebut.
Hari-hari berlalu dan
hampir sampailah mereka di tempat tujuan barunya. Ini sudah 90%! Si awak kapal
segera memberi kabar seperti biasanya kepada sang nakhoda. Ketika kabar
tersebut disampaikan, hanya diam yang menyambut si awak kapal. Lalu dengan
cepatnya sang nakhoda menjawab,” Batalkan perjalanan ini, sepertinya kita belum
siap. Ayo kita kembali pulang dan susun target baru.”
Apa tugas si awak
kapal? Anda tentu tahu jawabannya.
Gw ibarat si awak kapal. Lelah dan bimbang. Itu yang
dirasakan si awak kapal. Tujuan dan arah yang diberikan saat awal ga sesuai
dengan apa yang dijalankan dan disepakati. Bukan karena ada hal yang darurat
atau mendesak. Tapi, karena belum siap.
Segala persiapan dan proses yang telah dilalui menjadi
sia-sia. Ditambah lagi tidak adanya komunikasi ataupun semacam komando lebih
lanjut. Sang nakhoda memberi komando A dari awal, tentu si awak kapal stick to
the plan. Entah mengapa di tengah perjalanan, dengan mudahnya sang nakhoda bisa
mempunyai rencana baru yang dijalankan sendiri, tanpa kabar lebih lanjut kepada
si awak kapal.
Rencana baru yang tujuannya sama, sehingga sang nakhoda dan
si awak kapal jalan sendiri-sendiri mengerjakan hal yang sama. So, what’s the
point for giving the order? Is it about impatient or distrust?
And the sailor keep wondering..
We had agreed to the
target. We had planned this together. You said we have to move fast. So, here I
was.. with my best trying to achieve the target. In an hour, you changed your
mind by replacing the target.
Okay, I was still with
you, though I was wondering why, but I preferred to ignore it.
Then, in a minute, you
switched the new target.
Well, I was trying to
keep my eyes wide open here. What were you trying to say actually?
In a second! You cut it
all.
Fine.
I don’t know what was
happening and what I had to do next, because you were telling me nothing.
How was I supposed to
know?
I keep imagining where
the respect and appreciation was.
I am proper to feel disappointed here, aren’t I?
The sailor keeps trying to drive the boat and wondering..
What exactly does the captain have on purpose?
Well… Only the captain knows the answer with millions of
reason. The sailor? He keeps questioning themselves.
In confusion,
The Sailor
0 comments:
Post a Comment